Jumat, 12 Desember 2014

Sepasang Mata Ungu

"Helen...."
"Cepat! Buka pintu itu! Atau ..." Lelaki itu mengancam.
"Tolong jangan sakiti dia."
Kupandangi lelaki itu lekat-lekat. Dia adalah Neptun, keturunan dari kaum bermata merah yang tersisa setelah kedatangan pasukan bersayap emas menghancurkan seluruh kaumnya. Dan itu juga terjadi padaku sebelumnya, kaumku telah musnah. Hanya aku dan Helen yang tersisa.
Perlahan-lahan kudekati lagi pintu itu. Tak hilang akal, aku berusaha membujuk Neptun untuk melepaskan Helen.
"Ini bukanlah pertanyaan. Pintu ini hanya bisa dibuka oleh cahaya sepasang mata biru milikku dan Helen. Jadi, tolong lepaskan Helen dan pintu itu akan jadi milikmu."
"Kau mau membual?"
"Tidak. Lihatlah garis-garis yang menuju lubang kunci ini, hanya cahaya sepasang mata biru yang bisa membukanya."
Neptun akhirnya terbujuk, dia percaya dan mau menuruti ucapanku. Tentu saja aku membual, karena pancaran cahaya sepasang mata biru cukup ampuh juga untuk membunuhnya. Ternyata, dia melupakan itu.
"Helen, cepatlah."
"Jack...!!!"
Helen berlari ke arahku sambil kesakitan, tangannya meremas-remas pinggang yang sudah dipasang sabuk sihir oleh Neptun. Rupanya Neptun tak bodoh, melepaskan Helen begitu saja.
"Tenanglah. Jangan sakiti dia."
"Ayo, cepat! Kau sudah membuang banyak waktuku."
Aku menatap Helen yang masih merintih kesakitan. Mata biruku beradu dengan matanya dan membentuk sebuah cahaya menyilaukan.
"Ayo, cepat...!"
Aku memberi isyarat pada Helen untuk mengarahkan cahaya itu pada Neptun. Tetapi, gagal. Neptun dengan cepat menghindar, dia sekarang bertambah marah. Sabuk itu malah membuat Helen semakin menjerit kesakitan.
"Rasakan ini! Kau sudah main-main!" bentak Neptun.
"Hentikan. Aku mohon hentikan. Maafkan aku."
"Aku beri kau satu kesempatan lagi. Ayo, cepat buka sekarang!"
'Braaakkk...!!!'
Pintu terbuka dan suara tangis seorang wanita terdengar sangat jelas di telingaku. Neptun segera berlari mendekati suara itu.
"Kau sudah mendapatkan pintu itu, sekarang lepaskan sabuk di tubuh adikku ini," pintaku pada Neptun.
"Sarah....!" teriak Neptun.
Aku dan Helen terkejut mendengar Neptun memanggil nama wanita itu Sarah. Kuurungkan sejenak niatku untuk pergi dari tempat ini.
"Jack...."
Aku tak percaya, wanita itu memanggil namaku. Dua pasang cahaya mata merah keluar dari pintu. Terlihat sosok wanita berjalan bersama Neptun. Wanita itu sangat kukenali. Sarah, yang saat bersamaku dulu diculik oleh pasukan bersayap emas.
"Jadi, kau masih hidup? Aku telah lama mencarimu, Sarah."
"Jack, kenapa kau bisa ada di sini?"
"Dia yang memaksaku untuk berada di sini. Dia menculik adikku," jawabku sambil memeluk Helen dan menunjuk ke arah Neptun.
Kulihat Neptun tak banyak bicara. Dia seperti merasa bersalah kepadaku. Tetapi, aku tahu dia melakukan semua ini demi untuk menyelamatkan Sarah.
"Dia kakak tertuaku yang masih hidup, Jack."
"Kakak?"
"Ya, dia kakakku."
"Ayolah..., kita pergi saja dari sini, Sarah." Neptun memotong pembicaraanku dengan Sarah.
"Tidak, Kak. Tidak sekarang. Kita harus bersatu menghancurkan pasukan bersayap emas itu. Aku pernah mendengar bahwa pasukan itu hanya bisa dimusnahkan oleh sepasang mata ungu."
"Jadi...."
"Kakak dan Jack harus bisa menyatukan cahaya dari mata kalian. Aku dan Helen juga akan melakukan hal yang sama."
Setelah mendengar penjelasan Sarah, aku dan Neptun menyiapkan siasat dibantu Helen dan Sarah untuk segera menghancurkan pasukan bersayap emas dan mengambil semua yang pernah mereka rampas.



0 komentar:

Posting Komentar