"Helen...."
"Cepat! Buka pintu
itu! Atau ..." Lelaki itu mengancam.
"Tolong jangan sakiti
dia."
Kupandangi lelaki itu
lekat-lekat. Dia adalah Neptun, keturunan dari kaum bermata merah yang tersisa
setelah kedatangan pasukan bersayap emas menghancurkan seluruh kaumnya. Dan itu
juga terjadi padaku sebelumnya, kaumku telah musnah. Hanya aku dan Helen yang
tersisa.
Perlahan-lahan kudekati
lagi pintu itu. Tak hilang akal, aku berusaha membujuk Neptun untuk melepaskan
Helen.
"Ini bukanlah
pertanyaan. Pintu ini hanya bisa dibuka oleh cahaya sepasang mata biru milikku
dan Helen. Jadi, tolong lepaskan Helen dan pintu itu akan jadi milikmu."
"Kau mau
membual?"
"Tidak. Lihatlah
garis-garis yang menuju lubang kunci ini, hanya cahaya sepasang mata biru yang
bisa membukanya."
Neptun akhirnya terbujuk,
dia percaya dan mau menuruti ucapanku. Tentu saja aku membual, karena pancaran
cahaya sepasang mata biru cukup ampuh juga untuk membunuhnya. Ternyata, dia
melupakan itu.
"Helen,
cepatlah."
"Jack...!!!"
Helen berlari ke arahku
sambil kesakitan, tangannya meremas-remas pinggang yang sudah dipasang sabuk
sihir oleh Neptun. Rupanya Neptun tak bodoh, melepaskan Helen begitu saja.
"Tenanglah. Jangan
sakiti dia."
"Ayo, cepat! Kau sudah
membuang banyak waktuku."
Aku menatap Helen yang
masih merintih kesakitan. Mata biruku beradu dengan matanya dan membentuk
sebuah cahaya menyilaukan.
"Ayo, cepat...!"
Aku memberi isyarat pada
Helen untuk mengarahkan cahaya itu pada Neptun. Tetapi, gagal. Neptun dengan
cepat menghindar, dia sekarang bertambah marah. Sabuk itu malah membuat Helen
semakin menjerit kesakitan.
"Rasakan ini! Kau
sudah main-main!" bentak Neptun.
"Hentikan. Aku mohon
hentikan. Maafkan aku."
"Aku beri kau satu
kesempatan lagi. Ayo, cepat buka sekarang!"
'Braaakkk...!!!'
Pintu terbuka dan suara
tangis seorang wanita terdengar sangat jelas di telingaku. Neptun segera
berlari mendekati suara itu.
"Kau sudah mendapatkan
pintu itu, sekarang lepaskan sabuk di tubuh adikku ini," pintaku pada
Neptun.
"Sarah....!"
teriak Neptun.
Aku dan Helen terkejut
mendengar Neptun memanggil nama wanita itu Sarah. Kuurungkan sejenak niatku
untuk pergi dari tempat ini.
"Jack...."
Aku tak percaya, wanita itu
memanggil namaku. Dua pasang cahaya mata merah keluar dari pintu. Terlihat
sosok wanita berjalan bersama Neptun. Wanita itu sangat kukenali. Sarah, yang
saat bersamaku dulu diculik oleh pasukan bersayap emas.
"Jadi, kau masih
hidup? Aku telah lama mencarimu, Sarah."
"Jack, kenapa kau bisa
ada di sini?"
"Dia yang memaksaku
untuk berada di sini. Dia menculik adikku," jawabku sambil memeluk Helen
dan menunjuk ke arah Neptun.
Kulihat Neptun tak banyak
bicara. Dia seperti merasa bersalah kepadaku. Tetapi, aku tahu dia melakukan
semua ini demi untuk menyelamatkan Sarah.
"Dia kakak tertuaku
yang masih hidup, Jack."
"Kakak?"
"Ya, dia
kakakku."
"Ayolah..., kita pergi
saja dari sini, Sarah." Neptun memotong pembicaraanku dengan Sarah.
"Tidak, Kak. Tidak
sekarang. Kita harus bersatu menghancurkan pasukan bersayap emas itu. Aku pernah
mendengar bahwa pasukan itu hanya bisa dimusnahkan oleh sepasang mata
ungu."
"Jadi...."
"Kakak dan Jack harus
bisa menyatukan cahaya dari mata kalian. Aku dan Helen juga akan melakukan hal
yang sama."
Setelah mendengar
penjelasan Sarah, aku dan Neptun menyiapkan siasat dibantu Helen dan Sarah
untuk segera menghancurkan pasukan bersayap emas dan mengambil semua yang
pernah mereka rampas.
0 komentar:
Posting Komentar