Senin, 12 Januari 2015

Rumus Dalam Kehidupan

"Ji, cepat kemasi barang-barangmu," seru ibu seraya sibuk mondar-mandir.
Selepas kepergian kakek empatpuluh hari yang lalu, membuatku harus meninggalkan rumah penuh kenangan ini. Tinggal kotak kayu yang sengaja kakek buat untukku. Kotak impian katanya.
Kubuka kotak kayu yang hampir terlupakan itu. Ada secarik kertas usang terlipat-lipat yang terbuat dari pelepah pohon pisang. Tulisan khas kakek. Aroma khas kakek.
"Itu apa, Kek?" tanyaku penasaran.
"Mau baca?"
"Panji kan, belum bisa baca, Kek." Aku menekuk wajah.
"Yo, wes, bacanya nanti saja. Kalau Panji sudah pandai membaca." Kakek tersenyum simpul.
"Bisa nggak, kakek bacakan itu untuk Panji sekarang?" pintaku penasaran.
"Sini, duduk di sebelah kakek." Kakek mulai duduk dan mengenakan kacamatanya.
"Rumus Kehidupan," ucap kakek tegas.
"Apa itu?"
"Dengarkan dulu." Mata kakek berkedip-kedip.
"Iya, Kek."
"Pertama. Hukum Gravitasi. Pijakkan kaki di bumi meskipun Panji dalam keadaan sangat senang. Karena, bila Panji melompat terlalu tinggi karena kegirangan, Panji akan tetap ditarik kembali ke bumi. Rendah hatilah dalam keadaan apapun." Kakek memperagakan dengan kedua tangannya.
Aku memasang wajah bingung dan sesekali mengangguk, lalu menggelengkan kepala. Aku tidak mengerti maksud kakek.
"Lalu, Usaha = gaya x perpindahan. Usaha adalah hasil kali gayamu dan perpindahan yang kaucapai. Seberapa besar pun gaya yang Panji berikan, namun bila Panji tidak semakin maju, maka usaha Panji adalah nol."
Kakek semakin membuatku mengernyitkan dahi. Ia tersenyum memandangiku.
"Yang berikutnya, Tekad/Potensi, seperti Persamaan : E = M X c^2 (Rumus Relativitas Einstein). Setiap insan memiliki cahaya (c), pada dirinya. Dengan kuatnya tekad/cahaya, maka akan mengkuadratkan Kekuatan Energi (E) pada dirinya, untuk menghasilkan cita-cita yang ingin dicapainya. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ALAM NASYRAH (5-6)."
'Hoaaam!'
Aku mulai mengantuk mendengarnya.
"Jangan tidur," seru kakek.
"Terakhir itu, apa ini?" Kakek berusaha membaca tulisannya. Pandangannya sedikit kabur. "Energi total= Energi kinetik + Energi potensial. Dalam mewujudkan impian, Panji hanya memiliki dua pilihan: terus melakukan gerak atau tetap diam. Semakin besar energi gerakmu ke 'diaman’ kamu akan berkurang.
Lakukan bukan menunggu! Oke???" Kakek mengedipkan matanya sebelah dan mengangkat jempolnya.
"Sudah?"
"Sudah." Kakek melipat kertas itu menjadi lipatan yang lebih kecil lalu memasukkannya ke kotak.
"Terdengar cukup menarik, dan ilmiah." Aku menjentikkan jariku.
"Ilmiah? Apa itu?" tanya kakek seraya meledek.
"Hmmm, kakek. Biasanya, kan, kakek bilang gitu," ucapku malu.
Kakek terkekeh dan mengelus-elus kepalaku.
Aku mungkin tidak terlalu faham hubungan antara rumus Fisika itu dengan rumus kehidupan yang ingin kakek sampaikan. Tapi, kakek yang seorang Ilmuwan itu, terlihat senang dengan rumus yang baru saja ia bacakan.
"Panji, cepat naik ke mobil! Keburu malam," seru ibu membuyarkan lamunanku.

0 komentar:

Posting Komentar